Sabtu, 16 Maret 2013

PSIKOTERAPI

   1.       Pengertian Psikoterapi.

Dilihat secara etimologis mempunyai arti yang sederhana, yakni “psyche” yang berarti jiwa dan “therapy” dalam Bahasa Yunani berarti merawat. Sehingga arti psikoterapi dalam arti sempit adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.

Menurut Watson & Morse (1977), psikoterapi adalah bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, dimana pasien memulai interaksi karena sang pasien mencari bantuan psikologik dan therapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik  untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya.

Menurut Corsini (1989), psikoterapi adalah proses formak dari interaksi dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari stu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berpikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku ( ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatanyang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.

  2.       Tujuan Psikoterapi.

Tujuan Pskoterapi dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
a)     Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Psikodinamik menurut Ivey, et al (1987), yaitu membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang dsadari.rekonstruksu kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b)   Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Psikoanalisis menurut Corey (1991), yaitu mebuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalama-pengalama yang sudah lewat dan bekerja melalui konflk-konflik yang ditekan melalui pemahamn intelektual.
c)   Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al  (1987), yaitu untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasik emosi yang majemuk serta member jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik.
d)   Tujuan Psikoterapi dengan pendekatanBehavioristik, dijelaskan oleh Ivey, et al (1987), yaitu  untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
e)   Tujuan Psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987), yaitu agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.

  3.       Unsur-unsur Psikoterapi.

Menurut Masserman (1984) terdapat 8 parameter pengaruh dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi:
a)      Peran Sosial
b)      Hubungan (persekutuan tarapeutik)
c)       Hak
d)      Retrospeksi
e)      Reduksi
f)       Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
g)      Resosialisasi
h)      Rekapitulasi


  4.       Perbedaan Psikoterapi dan Konseling.

Konseling dan psikoterapi dapat dipandang berbada lingkup pengertian antara keduanya. Istilah psikoterapi mengandung arti ganda. Pada satu segi, ia menunjukan pada sesuatu yang jelas, yaitu suatu bentuk terapi psikogis. Tetapi pada lain segi, ia menunjuk pada sekelompok terapi psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada suatu titik dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan salah satu bentuk psikoterapi (S. narayana Rao).

Konseling lebih berfokus pada konseren, ikhwal, masalah, pengembangan-pendidikan-pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih memfokus pada konseren atau masalah penyembuhan-penyesuaian-pengobatan (Pietrofesa, dkk).

Konseling dijalankan atas dasar (atau dijiwai oleh) falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedangkan psikoterapi dijalankan berdasrkan ilmu atau teroi kepribadian dan psikopatologi (Gary S. Belkin).

Psikoterapi mempresentasikan versi lebih dalam, lebih mendasar, atau melibatkan proses perubahan terhadap pasien yang lebih “sakit”. Sedangkan sebagian yang lain menyatakan bahwa pada dasarnya konseling dan psikoterapi melakukan tugas yang sama, menggunakan pendekatan dan teknik yang identik satu dengan yang lain, tetapi harus menggunakan judul yang berbeda sebagai respons dari tuntutan agensi yang mempekerjakannya. Misalnya, secara tradisional, psikoterapi adalah istilah yang digunakan dalam setting medis seperti unit psikiatri, dan konseling adalah label yang digunakan dalam setting pendidikan seperti pusat bimbingan dan penyuluhan mahasiswa. Sebuah perbedaan signifikan antara konseling dan psikoterapi adalah sebagian besar konseling dilaksanakan oleh pekerja sukarela nonprofessional, sedangkan psikoterapi adalah sebuah profesi professional yang eksklusif. Walaupun demikian, baik konseling maupun psikoterapi dapat dipandang sebagai aktivitas yang berbeda dengan pemberian nasihat, perawatan, dan pengajaran.
 
  5.       Pendekatan Psikoterapi terhadap Mental Illness.

Dalam ilmu psikologi ada banyak sekali metode yang bisa digunakan dalam terapi. Semua metode itu merupakan hasil pemikiran dan penelitian dari para pakar psikologi dari berbagai penjuru dunia. Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan, yaitu:

a)      Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).

b)      Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".
Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman.

c)       Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.

d)      Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.

e)      Integrative/Holistic Therapy
Yang sering saya temui adalah seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, saya menggunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien saya. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

  6.       Bentuk Utama Terapi.

a)     Terapi Psikoanalitik.
Menyajikan suatu dasar konseptual untuk memahami dinamika-dinamika tak sadar, pentingnya perkembangan dini berkenaan dengan kesulitan-kesulitan sekarang, kecemasan dan pertahanan-pertahanan ego sebagai cara mengatasi kecemasanm serta sifat transferensi dan transferensi balik.

b)     Teknik  Eksistensial-Humanistik.
Menyajikan suatu pendekatan bagi konseling dan terapi individual serta kelompok dan untuk menangani anak-anak dan para remaja. Terapi ini mengingatkan perlunya suatu pernyataan filosofis mengenai apa artinya menjadi pribadi.

c)     Terapi Client-Centered.
Terapi ini menjadikan klien mengambil sikap aktif dan memikul tanggung kawab untuk mengarahkan jalannya terapi.

d)     Terapi Gestalt.
Penekanannya pada melakukan dan mengalami alih-alih hanya membicarakan perasaan-perasaan.

e)      Analisis Transaksional.
Transaksi-transaksi berkenaan dengan fungsi perwakilan-perwakilan ego.

f)      Terapi Tingkah Laku.
Berlandaskan kesahihan eksperimental atas hasil-hasil.

g)     Terapi Rasional-Emotif.
Penekanannya pada keharusan praktek dan bertindak menuju perubahan tingkah laku masalah.

h)     Terapi Realitas.
Dirancang bagi penanganan para remaha di lembaga-lembaga rehabilitasi.







Sumber :
Gunarsa, S.D. (2004). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Mcleod, John. (2010). Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus. Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana.
Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek KONSELING & PSIKOTERAPI. Bandung: Refika Aditama.
Maulany, R.F. (1994). Buku Saku Psikoterapi: Residen Bagian Psikiatri UCLA. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 


Tugas Softskill Univ.Gunadarma